Tuhanku
dengan wajah seperti ini
pantaskah mendapat yang tampan?
Tuhanku
dengan ilmu ku yang sedangkal ini
panntaskah mendapat yang soleh?
Tuhanku
dengan hartaku yang tidak seberapa ini
pantaskah mendapat yang cukup?
Tuhanku
Tak ada di dunia ini yang mampu ku bangga kan dari apa yang ada pada diriku
untuk mendapat sedikit perhatian Mu
demi menjawab doa-doa ku
Tuhanku
hamba memang bukan setabah khadijah untuk pantas mendapat suami semulia Rasulullah
hamba sadari hamba tak pula semulia fatimah untuk pantas mendapat suami seperti Ali
hamba hanya hamba Mu yang kecil dan hina ini
dengan sabar dalam penantian, pantaskan lah untuk hamba
seseorang yang baik menrut Engkau ya Rabb
teguhkan hati hamba dalam penantian ini
untuk menyambut dia yang Engkau janjikan
Rabb
jika hamba tidak belum pantas mendapatkan nya sekarang
berilah hamba petunjuk Mu untuk menyegerakannya
jangan biarkan hati hamba jatuh pada lubang zina semakin dalam
jangan biarkan hamba terperosok pada tipu daya syaitan
Allah.........
ketika asa tinggal harap berujung
teguhkan hamba pada ketetapanMu
aamiin
Kamis, 03 Juli 2014
Selasa, 01 April 2014
Coretan Menjelang Magrib
setiap kita punya pandangan berbeda mengenai hidup, karena begitu lah
kita dan hidup kita tak sama dengan mereka dengan hidup mereka
ketika kita mengeluh berat nya perjalanan hidup
jangan jatuh kan badanmu
berhentilah sejenak
pandangi mereka yang ada di depan, belakang dan kanan kirimu
muluskan perjalanan mereka?
terkadang kita terpenjara dengan pola pikir "betapa enak nya jadi dia, dan begitu sengsaranya hidupku"
hanya dengan melihat senyum di wajah-wajah mereka,
pernah kau lihat wajah di balik senyum nya? kalaupun kau tak pernah mendapatkan nya, ambillah satu pelajaran penting buatmu, "dia mampu menjalani hidupnya dengan senyum, kenapa aq tidak?"
tak dinyana, jalan yang kita lalui itu satu tujuan, "kembali pulang pada-Nya"
jalan yang kita tempuh juga sama jalurnya, hanya sebahagian dari kita menggunakan "cara" berbeda menuju kesana, dengan alat (pemikiran) yang berbeda pula, itu manusiawi, sebab Tuhan berikan kita akal untuk berfikir, namun tak jarang salah satu diantara kita masuk jurang di perjalanan,
banyak diantara kita hanya melewatkan si kawan yang masuk jurang tadi, sekedar menatap kasihan atau menoleh, beberapa diantara kita ada yang rela membantu dengan penuh resiko, selebihnya kembali melanjutkan perjalanan dengan alasan "perjalanan masih panjang untuk di lanjutkan, mungkin itu sudah jadi takdirnya"
hidup ini terlalu berat di jalani dengan mengeluh, tapi aq rasa keluhan ada baiknya di utarakan melalui curhat pada-Nya, merengek dan mohon di beri kekuatan, menangis seperti anak kecil, kemudian menyerahkan segala sesuatu atas kehendak-Nya juga tak berarti diirimu lemah, dengan syarat segala ikhtiar harus sudah di tunaikan
ah
hidup ini memang unik kawan
jalani saja lah menurut caramu :)
24/01/2014
kita dan hidup kita tak sama dengan mereka dengan hidup mereka
ketika kita mengeluh berat nya perjalanan hidup
jangan jatuh kan badanmu
berhentilah sejenak
pandangi mereka yang ada di depan, belakang dan kanan kirimu
muluskan perjalanan mereka?
terkadang kita terpenjara dengan pola pikir "betapa enak nya jadi dia, dan begitu sengsaranya hidupku"
hanya dengan melihat senyum di wajah-wajah mereka,
pernah kau lihat wajah di balik senyum nya? kalaupun kau tak pernah mendapatkan nya, ambillah satu pelajaran penting buatmu, "dia mampu menjalani hidupnya dengan senyum, kenapa aq tidak?"
tak dinyana, jalan yang kita lalui itu satu tujuan, "kembali pulang pada-Nya"
jalan yang kita tempuh juga sama jalurnya, hanya sebahagian dari kita menggunakan "cara" berbeda menuju kesana, dengan alat (pemikiran) yang berbeda pula, itu manusiawi, sebab Tuhan berikan kita akal untuk berfikir, namun tak jarang salah satu diantara kita masuk jurang di perjalanan,
banyak diantara kita hanya melewatkan si kawan yang masuk jurang tadi, sekedar menatap kasihan atau menoleh, beberapa diantara kita ada yang rela membantu dengan penuh resiko, selebihnya kembali melanjutkan perjalanan dengan alasan "perjalanan masih panjang untuk di lanjutkan, mungkin itu sudah jadi takdirnya"
hidup ini terlalu berat di jalani dengan mengeluh, tapi aq rasa keluhan ada baiknya di utarakan melalui curhat pada-Nya, merengek dan mohon di beri kekuatan, menangis seperti anak kecil, kemudian menyerahkan segala sesuatu atas kehendak-Nya juga tak berarti diirimu lemah, dengan syarat segala ikhtiar harus sudah di tunaikan
ah
hidup ini memang unik kawan
jalani saja lah menurut caramu :)
24/01/2014
GURU ADALAH JURU KUNCI PENDIDIKAN
Komponen
utama pendidikan adalah guru, siswa, dan kurikulum. Kalau boleh diibaratkan
pendidikan itu seperti “mobil ajaib” kurikulum adalah mesin canggihnya, guru sopir terlatih
dan professional serta siswa adalah penumpangnya, demi kenyamanan perjalanan
(proses belajar mengajar-pen) guru dan siswa boleh menyulap ruangan senyaman
mungkin, sehingga belajar menjadi menyenangkan dan betah di dalam, sehingga
proses belajar mengajar menjadi hidup.
Sebagai
supir yang terlatih, agar perjalanan lancar, guru wajib menguasai permesinan
(seluk beluk kurikulum) sehingga jika ada kendala, dengan kreatifitas nya guru
mampu memperbaiki atau menambal atau menambahi sesuai kebutuhan kelas dan
siswa.
Sebab
itu kunci dan kemajuan pendidikan adalah GURU bukan kurikulum, guru adalah juru
kunci pendidikan, semakin baik kualitas guru, semakin baik pula kualitas
pendidikan kita. Nah, jika ada pertanyaan kenapa pendidikan disuatu daerah
rendah, yang pertama yang harus di Tanya balik adalah “bagaimana kualitas
gurunya??”
Memang
guru bukan satu-satunya factor rendahnya mutu pendidikan, tetapi dia adalah
factor utama yang harus diperbaiki untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kenapa
begitu? Sebab siswa menyerap 80% ilmu dari guru, terutama di daerah hampir 90%.
Sebab siswa daerah minim fasilitas, dari buku sampai sumber referensi. Jadi
otomatis guru menjadi sumber utama dalam belajar disamping buku yang disediakan
pemerintah (terkadang bukunya pun tidak memadai untuk semua siswa)
Banyak
hal yang sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu guru, sekarang ada
sertifikasi, keprofesionalan guru dalam mengajar dituntut untuk “lebih” dengan
imbalan fungsional yang cukup mampu meningkatkan kesejahteraan guru, tak heran
banyak guru yang berharap bahkan mengejar sertifikasi ini, sedihnya mereka
bukan mengejar untuk meningkatkan mutu, tapi untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka (miris….) selain itu masih ada penataran-penataran pendidikan dan
seminar, bahkan pemerintah sudah lebih canggih lagi menyediakan blog bagi guru
dalam program “Padamu Negeri” yang bisa memungkinkan guru berinteraksi dengan
guru daerah se Indonesia untuk sharing masalah-masalah kependidikan, anehnya
banyak guru yang tidak tau masalah ini, mereka hanya tau program itu hanya untuk
pemutakhiran NUPTK saja, tidak lebih.
Seperti
yang sudah saya utarakan sebelumnya, kunci sukses selanjutnya peningkatan mutu
pendidikan itu adalah kurikulum. Banyak guru ngedumel (marah-pen) karena
kurikulum bolak-ballik diganti, padahal kurikulum sebelumnya belum terlihat
hasilnya. Menurut saya, sah-sah saja kalau kurikulum itu di revisi per lima
tahun, sebab kalau diperhatikan tiap-tiap kurikulum di desain untuk model
pendidikan yang relevan diberikan pada zaman yang terus berkembang. Tiap-tiap
kurikulum memang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, sebab itu lah
terus direvisi untuk pendidikan yang lebih baik. Yang menjadi masalahnya adalah
guru tidak faham isi kurikulum itu, dia hanya mengajar dan mengajar, menunggu
tanggal gajian dan ini dan itu. Untuk menutupi kesalahan mereka menuding
kurikulum yang gak jelas dan sering berganti. padahal kalo boleh di survey
mungkin lebih 70% guru tak faham kurikulum dan lebih dari separuhnya tak pernah
membacanya sama sekali. Perangkat pembelajaran hanya sebagai pelengkap
administrasi.
Jadi,
bagaimana mungkin pemerintah bisa mempercayakan sepenuhnya arah haluan
pendidikan yang di nakhodainya jika para guru tidak tau mau kemana di bawa nya
anak-anak ini kelas (siswa-pen) mereka mengajar hanya sebatas buku, dan malah
ada guru yang malas mbaca, kan makin kacau bukan?? Kalau guru gaptek bisa di
ajarin sedikit-sedikit, kalau guru minim wawasan itu sangat menyedihkan.
Hanya
sedikit guru yang berani atau tahu metode-metode mengajar dikelas sesuai dengan
materi ajar yang di bahasnya kemudian ber improvisasi dengan itu, selebihnya
hanya sekedar mengajar, tak heran daya kreativitas siswa kita juga rendah.
Untuk
peningkatan mutu guru ini, peran sekolah tinggi juga sangat besar pengaruhnya
dalam melahirkan para calon guru yang akan turun kelapangan mengabdikan ilmunya
ke masyarakat. Sebab perguruan tinggi (FKIP/STIKIP) merupakan produsen terbesar
dalam menciptakan guru-guru berkualitas yag akan diterjunkan dalam menghadapi
siswa di kelas. Malah saya pernah berfikir untuk menyarankan supaya mahasiswa yang akan masuk di STIKIP diseleksi
lebih ketat seperti seleksi masuk akademi, untuk mengetahui seberapa besar
minatnya menjadi guru, sebab banyak guru karbitan yang dulunya masuk keguruan semata
karena ikut-ikutan teman/saran orang tua
atau alasan lainnya yang memang bukan minatnya sama sekali kemudian
mengajar dikelas. Guru-guru seperti ini lah yang dapat merusak “system”. Datang
hanya sekedar mengajar, emosi tak terkontrol sehingga memberi hukuman ekstrim
pada siswa dan perbuatan-perbuatan yang dapat mencoreng nama baik guru. Jika
hal itu dilakukan maka perguruan tinggi memang benar-benar menelurkan guru-guru
yang berkualitas, mencintai profesinya dan menaruh harapan besar untuk kemajuan
pendidikan, berinovasi pada pendidikan, melahirkan ide-ide baru yang mampu
mengembangkan kreativitas siswa,
mengajar dengan hati dan tidak hanya mengajar tapi juga mendidik. Untuk itu
perlu formula khusus bagi perguruan tinggi (FKIP/STIKIP) agar harapan-harapan
itu terwujud.
Memang
tak bisa dinyana, kalau masalah-masalah pendidikan banyak timbul jika kita di
lapangan langsung, tidak mengamati dari jauh, minimnya fasilitas dan kurangnya
kreatifitas guru menanggulangi kekurangan itu menimbulkan “gerutuan” dan
“omelan” cenderung menyalahkan “pemerintah” dan “kurikulum” bukan nya mencari
akal agar kekurangan itu terpenuhi sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Semua
orang mempunyai kemampuan lebih daripada yang difikirkan nya, sebab itu ada
pepatah yang mengatakan “Engkau adalah apa yang kau fikirkan” dan otak manusia
itu adalah “Raksasa Tidur” kita lah yang bertindak mau membangunkan “Raksasa”
itu atau terus menina bobok kannya.
Para
guru, mari sama-sama kita pecahkan masalah – masalah di kelas dengan diskusi,
dan meningkatkan wawasan melalui buku dan teknologi, usia tidak menjadi kendala
untuk terus meningkatkan diri, yang terpenting adalah KEMAUAN untuk berubah dan
belajar. ;)
Langganan:
Postingan (Atom)